2 Contoh Khutbah Idul Adha 2022, Mengulas tentang Haji dan Keutamaan Berkurban

2 Contoh Khutbah Idul Adha 2022, Mengulas tentang Haji dan Keutamaan Berkurban

JAKARTA, celebrities.id – Contoh khutbah Idul Adha 2022 kini banyak yang cari. Terlebih pelaksanaan Idul Adha tinggal hitungan hari.
 
Seperti dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (5/7/2022), ada dua contoh khutbah Idul Adha. Pertama mengulas tentang empat kepribadian haji dan kurban dan kedua tentang khutbah keutamaan kurban bagi orang beriman.

1. Contoh khutbah empat kepribadian haji dan kurban:

Assalamualaikum WR.WB. Hadirin yang berbahagia, khutbah kali ini topiknya tentang bagaimana seharusnya kepribadian yang muncul dari pelaksanaan ibadah haji dan kurban.
 
Ada empat kepribadian bagi seseorang yang menjalankan ibadah haji dan kurban:
 
Pertama, kepribadian tauhidi. Ibadah haji dan kurban sama-sama untuk memenuhi panggilan Allah SWT. Ibadah yang penuh kepatuhan dan ketundukan terhadap Sang Khaliq. Hal ini tercermin dalam lafal talbiyah yang lazim dikumandangkan pelaksana ibadah haji:
 
 لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ   
 
Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.” 
 
Sedangkan ibadah kurban, jika ditelaah dari sejarahnya, Nabi Ibrahim menunjukkan keimanan dan ketundukan yang sebenar-benarnya disaat anak yang paling disayang harus disembelih atas perintah Allah SWT.
 
 وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (٩٩) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (١٠٠) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (١٠١) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢) 
 
Artinya, “Dan Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.’ 
 
Maka Kami beri Dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
 
‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” (QS Ash-Shaffat[37]: 99-102). 
 
Tidak ada satu orang tua pun yang tega menyembelih anaknya sendiri, kecuali atas dasar keimanan dan ketundukan kepada pemilik alam semesta ini. Walaupun pada akhirnya Allah menggantinya dengan seekor domba.
 
Kedua, kepribadian mujahid (pejuang). Ibadah haji maupun kurban merupakan ibadah yang membutuhkan kesungguhan dalam menjalankannya. Keduanya diperlukan biaya yang tidak sedikit. Bukan hanya materi, ibadah haji dilaksanakan penuh perjuangan baik secara fisik maupun psikis: meninggalkan keluarga, tanah air, jabatan, status, mengekang hawa nafsu dan sebagainya. 
 
Begitupula ibadah kurban, binatang yang disembelih biasanya dipilihkan binatang terbaik. Setelah disembelih harus dikuliti, dibersihkan, dipotong-potong dan membagikannya kepada yang berhak. Hal ini tidak mungkin bisa terlaksana manakala tidak didasari tekat yang kuat dan penuh perjuangan. 
 
Ketiga, kepribadian syakirin (orang-orang bersyukur). Islam tidak mengenal paksaan dalam beribadah. Sebagai contoh dalam ibadah shalat, jika tidak bisa berdiri maka diperbolehkan dengan cara duduk. Jika tidak bisa duduk maka diperbolehkan berbaring, dan seterusnya hingga shalat dengan isyarat. Sama halnya perintah ibadah haji, kewajiban menjalankannya adalah bagi orang Islam yang mampu.
 
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (٩٧) 
 
“….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha-Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Ali Imran[3]: 97).
 
Pada ayat tersebut terdapat kata اسْتَطَاعَ yang artinya “sanggup/mampu”. Hal ini menunjukkan betapa beruntungnya orang-orang yang mendapat kesempatan berangkat haji ke Baitullah. Dia adalah satu di antara sekian juta orang yang bisa menjalankan ibadah haji. Oleh karenanya patut disyukuri atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. 
 
Ibadah kurban pun demikian adanya, untuk bisa mendapatkan binatang kurban membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi di zaman sekarang ini. Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur, Allah telah menganugerahkan nikmatnya melimpah ruah. 
 
Keempat, kepribadian ijtima’i (sosial). Ibadah haji dilaksanakan bersama oleh seluruh umat islam dari berbagai penjuru dunia. Kehadiran mereka menjadikannya saling mengenal, mengasihi, dan menyayangi. Tidak ada lagi perbedaan, baik bangsa, etnis, ras, maupun bahasa, apalagi sosial dan ekonomi. 
 
Selama melaksanakan ibadah haji mereka belajar arti pentingnya sahabat, saling menolong, berbagi nasihat dan sebagainya. Semuanya menjadi satu rasa, satu tujuan untuk memperoleh ridha Allah. Dengan demikian kepribadian sosial akan tertanam dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 


Artikel ini bersumber dari www.celebrities.id.

Tinggalkan Balasan