PMK Bertahan di 25 Kecamatan, Warga Lamongan Diminta Tidak Sembarangan Beli Ternak Dari Luar

PMK Bertahan di 25 Kecamatan, Warga Lamongan Diminta Tidak Sembarangan Beli Ternak Dari Luar

SURYA.CO.ID, LAMONGAN – Ketika sebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di beberapa daerah menunjukkan sedikit penurunan, entah mengapa kondisi serupa tak terjadi di Lamongan. Justru sebaran PMK pada sapi masih bertahan di 25 dari 27 kecamatan, bahkan transaksi hewan ternak diduga sudah terjadi dari rumah ke rumah.

Masyarakat memang cenderung melakukan transaksi jual beli langsung ke penjual, mengingat dua pasar hewan di Mantup dan Babat belum juga dibuka setelah Idul Adha lalu. Dan bisa jadi transaksi luar kandang ini tidak memperhatikan kondisi ternak yang diperjualbelikan.

Untuk itu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lamongan tetap intens melakukan antisipasi penyebaran PMK pasca hari raya Idul Adha 1443 Hijriyah.

Kekhawatirannya adalah warga mulai berburu hewan ternak untuk mengisi kandangnya yang kosong. Apalagi cara pembeliannya dilakukan secara acak dengan pertimbangan harga miring.

“Kami melalui tenaga kesehatan si Disnakeswan dan tim Satgas PMK saat ini terus mewaspadai masuknya hewan ternak dari daerah lain yang dibeli dan didatangkan oleh warga Lamongan,” kata Kepala Disnakeswan Lamongan, M Wahyudi, Senin (18/7/2022).

Yang harus diperhatikan oleh peternak Lamongan adalah, hewan ternak yang dibeli dari luar daerah tersebut harus dipastikan dalam kondisi sehat. “Caranya dibuktikan surat sehat PMK. Itu adalah satu di antara sekian banyak cara untuk memastikan hewan ternak itu sehat,” ungkapnya.

Selain itu, Tim Satgas PMK yang masih diintensifkan untuk memantau dan memberikan imbauan kepada warga agar tidak asal beli hewan ternak. Peternak harus memperhatikan kesehatan dari hewan ternak yang dibelinya itu bebas PMK.

Keberadaan sebanyak 11 pos check point yang tersebar di beberapa kecamatan juga masih disiagakan dengan melibatkan tugas gabungan untuk mengawasi keluar masuknya hewan ternak. Tim Satgas PMK juga harus merespon cepat jika mendapati informasi masuknya hewan ternak yang dibeli oleh warga dari luar wilayah.

“Respon cepat, datangi kandang hewan ternak yang baru dibeli warga untuk melakukan pemeriksaan dan mengecek ada tidaknya surat kesehatan dari hewan ternak,” tegasnya.

Bila belum ada surat sehat PMK, maka akan dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap hewan ternak dan diberikan surat sehat PMK jika kondisinya sehat. Sebaliknya, jika dipastikan hewan ternak tersebut sakit, maka akan dilakukan langkah-langkah membantu penyembuhan ternak sesuai SOP.

Jadi pasca Idul Adha, warga diminta tidak euforia untuk membeli hewan ternak tanpa pengawasan dan mempertimbangkan kesehatan hewan yang dibeli.

Sekarang ini masyarakat seharusnya semakin meningkatkan kewaspadaan agar penyebaran PMK bisa dikendalikan. Jangan sampai peternak rugi karena tak mau memperhatikan pertimbangan kesehatan. “Jangan tergiur karena harga murah,” ujar Wahyudi.

Upaya pencegahan mulai dari pemberian vaksin, kebersihan kandang juga asupan makan sehat untuk ternak, harus dilakukan. Disnakeswan juga aktif memberi sosialiasi serta edukasi kepada warga atau peternak tanpa henti sejak muncul PMK sampai sekarang.

Disnakeswan Lamongan sudah menerima bantuan sebanyak 10.000 dosis vaksin PMK dan sudah distribusikan. Wahyudi berharap bantuan vaksin juga bisa mengendalikan penyebaran PMK di Lamongan.

Meski, jika dihitung dengan jumlah populasi sapi, maka idealnya Lamongan butuh 117.000 dosis vaksin. “Masih kurang, arena total kebutuhan vaksin di Lamongan mencapai 117.000 dosis,” tegasnya. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan