Peneliti IPB Temukan Pencarian Formulasi Jamu yang Lebih Cepat

Peneliti IPB Temukan Pencarian Formulasi Jamu yang Lebih Cepat

Jakarta: Biodiversitas Indonesia masih memiliki gap dengan jumlah penggunaannya sebagai farmakologi. Padahal, sekitar 80 persen tanaman obat dunia berada di Indonesia.
 
Sampai 2020, Indonesia hanya dapat menghasilkan 24 fitofarmakologi dan 62 produk obat herbal yang terstandarisasi. Peneliti Pusat Biofarmaka Tropika Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University Wisnu Ananta Kusuma menyebut kini terdapat teknologi pencarian formulasi jamu yang lebih cepat dan akurat.
 
Metode ini adalah Bi-partite Graph Search yang dapat mengoptimalkan pencarian formulasi jamu untuk penyakit Diabetes Melitus Tipe-2. Riset studi ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Frontiers in Pharmacology pada Juli 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Wisnu menjelaskan pendekatan bioinformatika dengan omics dan network pharmacology mampu menemukan senyawa herbal atau formulasi jamu yang paling tepat. Pendekatan dengan teknologi sebelumnya diterapkan juga pada penemuan pengobatan dan penggalian informasi covid-19.
 
Namun, beberapa pencarian obat atau jamu masih menghasilkan data yang saling overlap. Implikasinya, obat yang dikembangkan tidak presisi atau kurang akurat.
 
“Untuk mengatasi hal ini, metode Bipartite graph search optimization dengan algoritma branch and bound dipilih untuk memprediksi formula jamu karena dapat mengurangi waktu komputasi. Metode ini dapat menganalisis interaksi senyawa dan protein dengan penyakit secara lebih akurat,” kata Wisnu dalam 13th International Symposium on Computational Science (ISCS) in Conjunction with Asia Computational Material Design (A-CMD) Workshop dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 11 Agustus 2022.
 
Wisnu menuturkan studi yang dilakukan bersama tim peneliti IPB menemukan strategi pencarian terbaik dengan menggunakan Breadth First Search dan Depth First Search. Metode ini digunakan dalam pencarian formulasi jamu potensial untuk penyakit diabetes mellitus tipe dua.
 
Adapun formulasi jamu yang ditemukan terbuat dari ginseng, jeruk pahit (Citrus aurantium), akar manis tiongkok (Glycyrrhiza uralensis), dan mangga (Mangifera indica). Namun, komposisi jamu masih membutuhkan validasi eksperimental yang sayangnya masih belum dapat dilakukan. Wisnu menyebut jeruk pahit dan mangga merupakan tanaman yang paling dominan untuk formulasi jamu ini.
 
“Pendekatan ini dinilai dapat menjadi alternatif untuk menemukan formulasi jamu secara lebih akurat,” ujar dia.
 

 

(REN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan