IPB University Masuk Konsorsium 9 Universitas Asia-Afrika Pendidikan Kebencanaan

IPB University Masuk Konsorsium 9 Universitas Asia-Afrika Pendidikan Kebencanaan

Bogor:  Institut Pertanian Bogor (IPB) University masuk dalam konsorsium sembilan universitas Asia-Eropa.  Kampus ini mengembangkan pendidikan manajemen risiko bencana melalui pengembangan teknologi sistem informasi geografis dan penginderaan jauh.
 
Untuk Indonesia, IPB dipilih karena dianggap memiliki kapasitas pembelajaran tentang bencana.  IPB dianggap baik dengan harapan peningkatan pembelajaran manajemen bencana ini dapat disebarluaskan di antara mitra kebencanaan termasuk lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat, maupun ke perguruan tinggi lain.
 
Koordinator University Network for Disaster Risk Reduction (UN4DRR) IPB University, Widiatmaka mengatakan, konsorsium ini strategis untuk dapat mengumpulkan masukan secara ilmiah berbasis teknologi.  Terutama dari hasil penelitian universitas antarnegara anggota kepada pemerintah masing-masing.
 
“Berbagi data kebencanaan, terutama mitigasi bencana antaruniversitas dapat mempermudah penelitian untuk dan berbagi informasi teknologi yang dapat digunakan dan dikembangkan,” kata Widiatmaka, Kamis, 21 Juli 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Widiatmaka menyebutkan, sembilan universitas konsorsium itu terdiri atas Vrije Universiteit Brussels dari Belgia, Universitat Politecnica de Valencia dari Spanyol, University of Nicosia dari Siprus, University of Zagreb dari Kroasia, Maldives National University dari Maldives, University Paradeniya dari Sri Lanka; University Colombo dari Sri Lanka, IPB University, Indonesia, dan Universitas Syiah Kuala, Indonesia.
 
Lembaga-lembaga pendidikan tinggi itu mendapatkan pendanaan dari program pertukaran mahasiswa di Uni Eropa bernama Erasmus.  Pertemuan ini akan dihadiri secara langsung maupun secara daring oleh 29 orang perwakilan anggota sembilan universitas Asia-Eropa yang diisi dengan paparan 100 jurnal ilmiah dari 150 jurnal yang diajukan.
 
Negara-negara yang terpilih memberikan perwakilan universitasnya, terbagi dua kategori. Pertama negara dengan mitigasi bencana dan penangan bencana yang sudah baik karena dapat meminimalisasi risiko yakni Belgia, Kroasia, Spanyol dan Syprus.
 
Sementara, kedua merupakan negara-negara dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi yaitu Indonesia, Sri Lanka dan Maldives.  Bagi Indonesia, kata Widiatmaka, konsorsium ini akan menguntungkan untuk penelitian terhadap tiga jenis bencana yang mendominasi yakni bencana geologis seperti letusan gunung berapi, gempa dan tsunami hidrologi, kemudian bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor.
 
Selanjutnya yang ketiga bencana bahaya kebakaran hutan dan lahan, terutama di lahan gambut karena luas lahan gambut yang cukup luas, mencapai 14 juta hektare. 
 
Data terakhir dari BNPB menunjukkan bahwa Tahun 2020 saja, total bencana di Indonesia mencapai 4.650 bencana mencakup bencana gempa bumi, erupsi gunung berapi, kebakaran hutan dan lahan, banjir, tanah longsor, puting beliung, abrasi. Hal ini masih ditambah bencana kemanusiaan covid-19 yang menimpa seluruh dunia.
 

 
 

(CEU)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan