Tahan Serangan Ukraina, Rusia Mau Lepaskan ‘Naga’ Mematikan

Tahan Serangan Ukraina, Rusia Mau Lepaskan ‘Naga’ Mematikan

cnbc-indonesia.com – Militer Rusia baru saja ‘terguncang’ oleh serangan balik yang dilakukan Ukraina. Pasukan Kyiv telah menerobos garis pertahanan Rusia di wilayah Kharkiv dan sekarang mengusir ribuan pasukan Putin di kota Izium, pintu gerbang ke Donbas.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan para komandannya dinilai menghadapi penghinaan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat ingin menghentikan momentum Kyiv.

Untuk membalas Ukraina, Rusia disebut-sebut bakal mengandalkan penyembur api berat TOS-1A. Seperti naga yang menyemburkan api dalam berbagai cerita dongeng, itu adalah senjata termobarik yang dapat menyebabkan kehancuran yang signifikan.

Jenis amunisi ini melepaskan awan besar gas yang mudah terbakar dan menyebabkan ledakan besar.

Ia mampu menghasilkan suhu hingga 3.000 derajat celcius dan secara harfiah dapat menguapkan tubuh manusia.

Biasanya senjata seperti itu digunakan untuk membersihkan bangunan, bunker, dan benteng lainnya.

“Senjata ini dianggap yang paling mengerikan, tidak ada bandingannya di negara mana pun di dunia. Amerika bahkan mencoba untuk melarangnya, tetapi bukan karena itu benar-benar senjata pemusnah massal, tetapi karena Amerika tidak bisa melakukan hal seperti itu,” tutur seorang sumber kepada kantor berita Rusia, RIA FAN, dikutip media Inggris Express, Senin (12/9/2022).

Kekuatan destruktif dari TOS-1A secara grafis disorot dalam Panduan Peralatan Dunia Angkatan Darat AS edisi 2011.

“Efek utama … [diciptakan oleh roket TOS-1] adalah gelombang ledakan bertekanan tinggi berdurasi panjang yang menciptakan ruang hampa – kemudian mengendapkan gelombang balik.

Lonjakan tekanan/vakum ini (hingga 427 pon per inci persegi) menyebabkan efek robekan pada bahan lunak (seperti kulit pesawat, permukaan radar, jaringan paru-paru manusia).

“Dinding dan permukaan di dalam area yang terkena tidak selalu melindungi korban, melainkan menyebabkan beberapa gelombang tekanan, yang memperkuat efek robek dan dapat merobohkan struktur.” tulis panduan tersebut.

“Efek sekunder adalah panas suhu tinggi, 2.500-3.000 derajat celcius. Ledakan yang tidak lengkap menghasilkan efek yang hampir menghancurkan, nyala api suhu tinggi dengan durasi yang lama. Bahkan mereka yang berada di luar area ledakan akan dianggap tidak efektif dengan trauma mental dan fisik yang melemahkan,” lanjutnya.

error: Content is protected !!