Saturnus Rebut ‘Gelar’ Planet dengan Bulan Terbanyak dari Jupiter, Berapa Jumlahnya?

cnbc-indonesia.com – Jupiter sudah tidak lagi menyandang status sebagai planet dengan jumlah bulan atau satelit alami terbanyak di Tata Surya. Saat ini, gelar itu direbut oleh Saturnus sebagai pemilik ratusan bulan yang mengorbitnya.

Seperti halnya Bumi, planet-planet lain di Tata Surya ada yang memiliki satelit alami. Jika Bumi memiliki Bulan, maka beberapa planet ini juga punya ‘bulan’ mereka sendiri.

Jupiter memiliki satelit alami yang bernama Europa, Io, Ganymede, Callisto, dan lainnya. Sedangkan Saturnus memiliki Titan, Dione, Lapetus, Enceladus, dan lainnya. Selain Jupiter dan Saturnus , ada pula Uranus yang mempunya satelit alami misalnya yang bernama Titania dan Oberon.

Seiring berkembangnya penelitian dan ilmu pengetahun, masih ada satelit alami lain yang ternyata mengorbit sebuah planet. Kesimpulan tersebut didapat setelah adanya penelitian secara mendalam dan menyeluruh.

Para astronom perlu waktu untuk mengidentifikasi kemungkinan benda melayang yang mengorbit sebuah planet adalah asteroid atau memang merupakan satelit alami planet tersebut. Hal itu pula yang menjadi proses penelitian yang dilakukan terhadap objek-objek yang mengitari Planet Saturnus .

Sebelum menyandang gelar baru sebagai planet dengan bulan terbanyak di Tata Surya, para astronom menemukan ada 62 satelit alami yang mengorbit Saturnus . Jumlah tersebut menjadi tambahan setelah sebelumnya Saturnus diketahui telah memiliki 83 satelit alami.

Jumlah satelit alami tersebut tidak hanya membuat popularitas Saturnus kian melejit dibandingkan dengan planet lainnya. Saturnus yang dikenal sebagai planet yang cantik karena memiliki cincin yang mengitarinya itu kini semakin tersohor karena menjadi planet terbanyak yang memiliki satelit alami.

Penemuan baru tentang jumlah satelit alami Saturnus ini terkuak berkat andil dari sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Edward Ashton dari Academia Sinica Institute of Astronomy and Astrophysics.

Edward Ashton dkk menggunakan sebuah teknik penelitian yang bernama shift and stack yang bertujuan untuk menemukan bulan-bulan atau satelit alami yang mengitari Saturnus .

Kesulitan yang dihadapi oleh para peneliti ini adalah ukuran satelit alami tersebut kecil dan berada pada tempat yang redup di sekitaran Saturnus .

Teknik shift and stack menggunakan serangkaian gambar yang dipotret secara berkelanjutan dan digeser mengikuti kecepatan yang sama. Hasilnya, jika satu satelit alami masih terlihat redup dalam satu gambar, maka ia akan menampakan hasil yang lebih baik pada gambar lain yang disatukan.

Metode penelitian ini bukanlah cara yang baru yang digunakan oleh para astronom, namun yang pertama kalinya diterapkan untuk Saturnus . Teknik yang sama juga pernah digunakan untuk mencari satelit alami yang berada di sekitar dua planet besar lainnya yakni Neptunus dan Uranus.***