Stunting Menurunkan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia

cnbc-indonesia.com – Dampak buruk stunting akan mengancam kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

Angka stunting di Indonesia saat ini masih tinggi. Kasus stunting di Indonesia masih jauh dari yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yaitu 14 persen.

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Indonesia masih 24,4 persen (SSGI 2021), meski turun dari 27,7 persen (SSGI 2019), seperti yang dikutip dari Sehat Negeriku.

Stunting merupakan masalah serius karena kondisi kekurangan gizi kronik akan memengaruhi kecerdasan anak dan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

“Stunting ini yang akan menjadi masalah, memengaruhi kualitas SDM kita nanti,” kata Prof.dr. Damayanti R Sjarif, Ph.D,Sp.A(K) dalam webinar “Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia” pada Selasa (24/1/2023).

Prof Damayanti menyebutkan dampak buruk stunting terhadap kualitas sumber daya manusia sudah dibuktikan dalam berbagai penelitian.

Menurut penelitian Emond (2007), kekurangan gizi terutama energi dan protein dalam jangka pendek saja akan menyebabkan kenaikan berat badan tidak sesuai usia (weight faltering) pada 2 bulan pertama. Kemudian, IQ akan turun 3-4 poin dari rata-rata anak normal seusia.

Penelitian Waber (2014), kekurangan gizi terutama energi dan protein dalam jangka pendek menyebabkan gizi kurang atau gizi buruk pada masa bayi. Kemudian, 65 persen IQ mereka terbentuk kurang dari 90 dan hanya mampu sekolah sampai SMP.

Dalam penelitian Grantham-McGregor (1987), kekurangan giz terutama energi dan protein jangka panjang menyebabkan stunting dan IQ anak turun 15-20 poin.

“Itu (risiko penurunan IQ) pun terjadi kalau segera diatasi masalahnya,” ujar Prof Damayanti.

Artinya, bisa saja penurunan IQ akibat kekurangan gizi dan stunting pada anak balita lebih rendah dari hasil penelitian tersebut.

“Ini suatu dampak nyata,” ungkapnya. Lalu, bagaimana dampaknya ke Indonesia?

Dampak buruk stunting dan penanganannya yang belum selesai di Indonesia sudah tergambar dari beberapa sistem pemeringkatan di dunia.

Salah satunya dalam Program for International Student Assessment (PISA) pada 2018, yang melibatkan murid-murid usia 15 tahun dari 78 negara untuk diuji kemampuan matematika, sains, dan membaca.

“Apa yang terjadi di Indonesia? Dari 78 negara yang ikut, Indonesia menduduki peringkat 71,” ucap Ketua Satgas Sunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Indonesia berada di bawah beberapa negara lain di ASEAN, seperti Singapura (2), Malaysia (48), Brunei (53), dan Thailand (60).

Dampak buruk stunting terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia juga digambarkan dari hasil Indeks Sumber Daya Manusia (Human Capital Index/HCI) yang dilaporkan oleh World Bank.

Indeks Sumber Daya Manusia merupakan bagian utama dari pengukuran produktivitas tenaga kerja di masa depan dari anak yang dilahirkan saat ini.

Laporan dari World Bank pada 2020, nilai HCI Indonesia adalah 0,54, tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara, meliputi:

Singapura (0,88 poin)
Vietnam (0,69 poin)
Brunei (0,63 poin)
Malaysia (0,61 poin)
Thailand (0,61 poin)

HCI Indonesia berada pada peringkat 87 dari 174 negara.

“Jadi ini harus menjadi perhatian kita bersama, kalau kita cinta negara ini. Kita harus menyiapkan generasi muda kita sebaik-baiknya. Generasi emas yang kita gadang-gadang itu kalau begini modelnya tidak bisa dibiarkan,” ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.