Punya Banyak Dampak Buruk, Ini 4 Cara Atasi “Emotional Eating”

Punya Banyak Dampak Buruk, Ini 4 Cara Atasi “Emotional Eating”

cnbc-indonesia.com – Ada banyak hal yang bisa memicu stres dalam diri kita. Baik pertengkaran dengan pasangan hingga kondisi pandemi yang tak menentu, semua itu memicu tekanan dan gejolak emosi dalam diri.

Biasanya, mengonsumsi camilan manis atau asin menjadi cara favorit banyak orang untuk meredakan stres atau menyalurkan emosi yang dirasakannya. Tentunya, hal ini bisa berpengaruh buruk pada kesehatan fisik kita.

Menurut ahli diet Anna Kippen, emosi negatif, seperti rasa marah, sedih, dan stres, bisa memicu kebiasaan makan yang buruk atau ” emotional eating “.

“Saat emosi tak seimbang, kita cenderung mengonsumsi makanan tak sehat yang justru membuat kondisi kita semakin buruk,” ucap Kippen.

Melansir laman LiveWell Dorset, emotional eating biasanya membuat seseorang merasakn hal buruk seperti berikut:

– Merasa bersalah

Usai mennyalurkan emosi dengan makan, biasanya akan ada penyesalan atau rasa bersalah.

Rasa bersalah ini juga berpotensi menyebabkan keinginan makan yang lebih tinggi atau harga diri rendah.

– Mual

Rasa kenyang yang didapatkan ketika melakukan “emotional eating” adalah cara seseorang untuk menutupi gejolak emosi dalam dirinya.

Hal ini sering mengakibatkan makan berlebih dan sakit perut serta mual di kemudian hari.

– Obesitas

Sering melakukan “emotional eating” bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang memicu berbagai penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

Cara mengatasi

Melihat dampak “emotional eating” yang cukup berbahaya, kita harus segera menghentikan kebiasaan ini. Berikut tips mengatasi “emotional eating” menurut Kippen :

1. Identifikasi penyebabnya

Hari yang buruk, pertengkaran dengan pasangan atau selisih paham dengan rekan kerja memang bisa menjadi pemicu stres. Namun, hal itu biasanya hanya berlangsung dalam waktu singkat.

Berbagai kondisi kronis juga bisa menyebabkan seseorang tak bisa menghentikan kebiasaan “emotional eating”, seperti stres kronis, amarah jangka panjang, depresi dan sejenisnya.

Jika hal ini terjadi, segera minta bantuan profesional. Kita juga harus melakukan manajemen stres dan memperbanyak aktivitas fisik untuk menghentikan kebiasaan ini.

2. Tanyakan alasan kenapa kita makan

Ketika keinginan untuk makan muncul, tanyakan pada diri sendiri apakah kita benar-benar merasa lapar.

Dengan melakukan hal itu, kita bisa mengenali alasan yang membuat keinginan makan itu muncul.

Jika memang keinginan makan muncul karena rasa lapar, sebaiknya konsumsi makanan bernutrisi seimbang dalam waktu 15 hingga 30 menit.

Saat keinginan makan muncul bukan karena rasa lapar, kita bisa mengalihkannya dengan aktivitas fisik atau meminum secangkir teh herbal.

3. Hindari menyimpan camilan

Jika kita tidak memiliki persediaan camilan, keinginan makan bisa dengan mudah kita alihkan.

Sebagai alternatif, kita sebaiknya menyimpan makanan sehat seperti buah dan sayur. Pasalnya, mengonsumsi makanan olahan berlebihan bisa meningkatkan kadar hormon kortisol.

4. Pilih makana yang bisa melawan stres

Saat stres yang kita rasakan mengakibatkan nafsu makan meningkat, sebaiknya kita meredamnya dengan makanan yang bisa membantu melawan stres.

Misalnya, teh hijau atau matcha yang megandung asam amino L-theanin yang dapat membantu mengurangi tingkat stres.

Saat keinginan makan di malam hari muncul, kita bisa memilih untuk mengonsumsi salmon yang mengandung asam lemak omega 3. Menurut ahli, asam lemak omega 3 bisa membantu meningkatkan kualitas tidur.

error: Content is protected !!