8 Tanda Kencanduan Seks dan Cara Mengatasinya

8 Tanda Kencanduan Seks dan Cara Mengatasinya

cnbc-indonesia.com – Tanda kecanduan seks penting dikenali untuk mendukung diagnosis dini dan penanganan atas masalah ini.

Kecanduan seks di sini didefinisikan sebagai kurangnya kontrol atas pikiran, dorongan, dan perilaku seksual.

Sementara dorongan seksual itu alami, kecanduan seks hanya mengacu pada perilaku yang dilakukan secara berlebihan dan secara signifikan berdampak negatif pada kehidupan.

Seseorang dengan kecanduan seks mungkin memiliki kebutuhan kompulsif (bersifat memaksa) untuk dirangsang secara seksual.

Keinginan ini sering kali mengganggu kemampuannya untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Kecanduan seks dapat datang dalam berbagai bentuk, termasuk kecanduan:

  • Perilaku seksual
  • Masuk dalam prostitusi
  • Menonton atau mengonsumsi pornografi
  • Masturbasi atau fantasi seksual
  • Eksibisionis yakni memiliki dorongan, fantasi dan tindakan untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang lain
  • Voyeurism yakni gangguan psikoseksual di mana seseorang mendapatkan kepuasaan seksual dari mengamati organ seks atau tindakan seks orang lain, sering kali dari tempat yang rahasia

Seseorang kecanduan seks dapat mengesampingkan aktivitas pokok sehari-hari untuk melakukan perilaku seksual terus-menerus.

Padahal perilaku seksual kompulsif ini telah disadari dapat memiliki konsekuensi pribadi yang serius.

Seperti kecanduan narkoba atau alkohol, kecanduan seks dapat berdampak pada kesehatan fisik, kesehatan mental, hubungan pribadi, kualitas hidup, dan keselamatan.

Tanda kecanduan seks

Anda sebensarnya tidak bisa secara serta merta mendiagnosis diri sendiri atau orang lain mengalami kecanduan seks. Di mana, dibutuhkan dokter atau psikolog untuk membuat diagnosis yang jelas atas masalah ini.

Meski begitu, beberapa kondisi berikut secara umum bisa dipandang sebagai tanda kecanduan seks yang penting ditindaklunjuti:

1. Pikiran seksual obsesif

Seseorang yang berurusan dengan kecanduan seks mungkin mendapati diri mereka terus-menerus berpikir tentang seks.

Pikiran kronis tentang seks atau fantasi seksual ini dapat menjadi obsesif atau mengganggu tanggung jawab lainnya.

2. Menghabiskan waktu berlebihan untuk seks

Jika seseorang sampai menghabiskan banyak waktu dan energi untuk seks, itu mungkin tanda bahaya.

Seks di sini dapat mencakup menghabiskan waktu mencoba untuk berhubungan seks , melakukan aktivitas seks seperti mansturbasi, dan melihat konten porno atau seks.

3. Merasa malu atau depresi

Jika kebutuhan akan seks berubah menjadi kecanduan, perasaan seksual seseorang mungkin juga akan diselingi dengan perasaan cemas, malu, depresi, atau menyesal.

Seseorang mungkin merasa malu tentang dorongan seksualnya dan kesulitannya mengendalikan dorongan tersebut.

Mereka bahkan mungkin menunjukkan tanda-tanda depresi klinis atau ide bunuh diri.

Penelitian menunjukkan bahwa tidak jarang orang yang kompulsif secara seksual juga menunjukkan tanda-tanda depresi, kecemasan, dan kecemasan sosial.

Sebuah studi menemukan bahwa di antara pria dengan kompulsif seksual, 28 persen di antaranya menunjukkan tanda-tanda depresi.

Angka ini lebih banyak dibandingkan persentase populasi umum yang hanya 12 persen.

4. Kehidupan pribadi maupun sosial terganggu

Seorang pecandu seks mungkin terpaku pada seks sampai pada titik di mana mereka mengalami kesulitan untuk terlibat dalam aktivitas lain.

Mereka mungkin tertinggal dalam tanggung jawab di sekolah, pekerjaan, atau kehidupan pribadi mereka atau menjadi menarik diri secara sosial.

Mereka mungkin juga memprioritaskan perilaku seksual daripada bentuk relaksasi atau hobi lainnya.

Hubungan dengan teman, keluarga, dan pasangan mungkin terganggu karena hal ini.

5. Sering masturbasi

Sementara masturbasi bisa menjadi cara yang sehat untuk mengeksplorasi seksualitas dan mengekspresikan dorongan seksual, masturbasi berlebihan bisa menjadi tanda kecanduan seksual .

Ini mungkin terlihat seperti masturbasi kompulsif, masturbasi pada waktu yang tidak tepat, atau bahkan masturbasi sampai menyebabkan ketidaknyamanan fisik atau rasa sakit.

6. Terlibat dalam perilaku berisiko atau tidak pantas

Dalam beberapa kasus, kecanduan seksual dapat menyebabkan perilaku seksual yang tidak pantas dan atau berisiko.

Ini dapat mencakup eksibisionisme, seks di ruang publik, seks tanpa perlindungan, dan seks dengan pekerja seks.

Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan seseorang mengembangkan penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi menular seksual (IMS).

Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang diidentifikasi sebagai kompulsif seksual lebih mungkin untuk mengembangkan PMS seperti HIV.

7. Selingkuh

Seseorang dengan kecanduan seksual mungkin merasa terdorong untuk berhubungan seks dengan pasangan baru.

Mereka mungkin akan mencari pasangan “satu malam” secara teratur karena dorongan seksualnya.

8. Melakukan tindak kekerasan seksual

Dalam beberapa kasus ekstrem, orang yang kecanduan seksual bisa saja terlibat dalam kegiatan kriminal atau kekerasan seksual, seperti menguntit, pemerkosaan, atau pencabulan anak.

Beberapa pelaku seksual memang bisa jadi adalah pecandu seks juga.

Tapi tetap saja, seseorang yang kecanduan seksual tidak pasti akan melakukan pelanggaran seksual.

Cara mengobati kecanduan seks

Pada dasarnya seorang pecandu seks dapat diubah atau diobat, meskipun mungkin memerlukan perawatan dari profesional medis seperti psikolog, psikiater, atau terapis seks.

Bergantung pada penyebab yang mendasari dan bagaimana hal itu bermanifestasi dalam kehidupan pribadi seseorang, pengobatan dapat bervariasi.

Jika kecanduan seks muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan atau gangguan mood lain yang mendasarinya, rencana perawatan mungkin juga mencakup obat-obatan.

Bentuk pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan seks, di antaranya yakni:

  • Konsultasi dengan profesional kesehatan mental
  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
  • Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR)
  • Terapi psikodinamik
  • Kelompok terapi
  • Mendapatkan kelompok pendukung
  • Perawatan rawat inap
  • Konseling pasangan atau konseling pernikahan
error: Content is protected !!