12 Penyebab GERD yang Perlu Diwaspada

12 Penyebab GERD yang Perlu Diwaspada

cnbc-indonesia.com Gastroesophageal reflux disease ( GERD ) adalah bentuk kronis dari refluks asam lambung atau naiknya asam lambung ke kerongkongan.

GERD didiagnosis ketika refluks asam lambung terjadi lebih dari dua kali seminggu atau menyebabkan peradangan di kerongkongan.

Dilansir dari Mayo Clinic, tanpa pengobatan, GERD dapat menimbulkan efek serius.

Kerusakan kerongkongan jangka panjang yang disebabkan oleh GERD bisa menyebabkan kanker esfofagus.

Nyeri akibat GERD mungkin tidak dapat dihilangkan dengan antasida atau obat bebas lainnya.

Gejala GERD yang dapat dikenali di antaranya, yakni:

  • Bau mulut
  • Kerusakan email gigi karena asam berlebih
  • Heartburn
  • Merasa seperti isi perut kembali ke tenggorokan atau mulut atau regurgitasi
  • Nyeri dada
  • Batuk kering terus menerus
  • Asma
  • Kesulitan menelan

Jika Anda menderita kondisi yang dicurigai sebagai gejala GERD, penting untuk dapat berkonsultasi dengan dokter.

Dokter dapat membantu menemukan penyebab GERD dan merekomendasikan rencana perawatan terbaik.

Penyebab GERD

GERD dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Terkadang penyebab GERD pada seseorang bisa kompleks dan melibatkan banyak faktor.

Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab GERD yang sebaiknya diwaspadai:

1. Kerusakan sfingter esofagus bawah

Melansir Very Well Health, pada kebanyakan penderita GERD, refluks asam lambung terjadi akibat otot di bagian bawah kerongkongan (sfingter esofagus bawah) yang bertindak sebagai pintu gerbang ke lambung menjadi lemah atau kendur.

Pada kondisi normal, sfingter esofagus bagian bawah bisa kembali tertutup setelah dilewati makanan.

Tapi begitu ada masalah, kinerja katup ini bisa terganggu sehingga tidak tertutup sempurna atau terkadang terbuka.

Asam lambung kemudian dapat kembali naik ke kerongkongan.

Lapisan kerongkongan tidak sama dengan lambung dan tidak mampu mengatasi asam juga, sehingga mudah terluka.

Refluks asam lambung ke kerongkongan inilah yang menghasilkan gejala dan potensi kerusakan padanya.

Terkadang malfungsi ini bersifat struktural, tetapi makanan dan minuman tertentu, obat-obatan, dan faktor lain dapat melemahkan sfinter esofagus bawah dan merusak fungsinya.

2. Obesitas

Menjadi kegemukan dapat meningkatkan tekanan pada perut Anda, membuat gejala GERD lebih buruk.

Hubungan yang tepat antara GERD dan obesitas tidak sepenuhnya dipahami, tetapi obesitas dianggap sebagai penyebab potensial dan faktor risiko untuk mengembangkan GERD.

3. Efek samping obat-obatan

Ada berbagai obat yang dapat memengaruhi risiko GERD dan gejala yang memburuk.

Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) termasuk aspirin, ibuprofen, dan naproxen, dapat menimbulkan efek samping di saluran gastrointestinal (lambung dan usus) saat diminum.

Pada orang yang sudah menderita GERD, obat-obatan ini dapat meningkatkan keparahan gejala.

Sementara pada orang yang tidak memiliki GERD, penggunaan NSAID jangka panjang dapat berkontribusi untuk mengembangkan penyakit ini.

Obat resep tertentu juga dapat menyebabkan atau memperburuk gejala GERD.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mulai mengalami gejala apa pun saat menjalani pengobatan.

Berikut adalah beberapa obat yang umum menjadi penyebab GERD

  • Calcium-channel blockers (CCBs) atau antagonis kalsium adalah obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
  • Antikolinergik adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan saluran kemih, alergi, dan glaukoma
  • Beta-adrenergic agonists yang digunakan untuk asma dan penyakit paru obstruktif
  • Antidepresan trisiklik seperti amitriptyline, Tofranil (imipramine), dan Pamelor (nortriptyline) yang digunakan untuk meredakan gejala depresi, bipolar, atau distimia
  • Antihistamin adalah obat yang digunakan untuk alergi
  • Obat penghilang rasa sakit resep seperti kodein dan obat-obatan yang mengandung asetaminofen dan hidrokodon
  • Progesteron
  • Quinidine, yakni obat antimalaria yang digunakan untuk mengobati aritmia jantung dan malaria
  • Obat penenang dan benzodiazepin, seperti Valium (diazepam)
  • Teofilin adalah obat yang digunakan dalam bronkodilator untuk asma, bronkitis kronis, dan penyakit paru-paru lainnya
  • Diazepam yang digunakan untuk mengobati kejang
  • Dopamin yang digunakan pada penyakit Parkinson
  • Bifosfonat yang digunakan untuk mengobati osteoporosis
  • Antibiotik, seperti tetrasiklin
  • Suplemen kalium
  • Suplemen zat besi

4. Merokok

Merokok atau menghirup asap rokok juga dianggap sebagai penyebab dan faktor risiko untuk mengembangkan GERD.

Ada banyak cara merokok dapat menyebabkan heartburn , seperti mengurangi jumlah air liur yang Anda hasilkan, menyebabkan perut Anda kosong lebih lambat, dan memproduksi lebih banyak asam lambung.

Berhenti merokok mungkin adalah salah satu hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi gejala atau menurunkan risiko terkena refluks asam lambung berulang.

5. Hernia hiatus

Hernia hiatus terjadi ketika bagian atas perut Anda berada di atas diafragma, dinding otot yang memisahkan perut dari dada. Kondisi ini menurunkan tekanan pada sfingter esofagus bawah yang dapat menyebabkan refluks asam lambung.

Hernia hiatus dapat terjadi pada orang dari segala usia. Tapi, kebanyakan terjadi pada kelompok lanjut usia (lansia).

6. Gangguan fungsi perut

Seseorang yang menderita GERD mungkin memiliki fungsi saraf atau otot yang tidak normal di perut yang pada gilirannya dapat menyebabkan makanan dicerna terlalu lambat.

Hal ini menyebabkan penundaan perut mengosongkan isinya, meningkatkan tekanan di dalamnya dan meningkatkan risiko refluks asam lambung.

7. Abnormalitas motilitas

Dalam pencernaan normal, makanan dipindahkan melalui saluran pencernaan dengan kontraksi berirama yang disebut peristaltik.

Jika Anda menderita kelainan motilitas pencernaan, kontraksi ini bisa tidak berjalan secara normal.

Kelainan ini dapat disebabkan oleh salah satu dari dua penyebab, yakni:

  • Masalah di dalam otot itu sendiri
  • Masalah dengan saraf atau hormon yang mengontrol kontraksi otot

Masalah peristaltik di kerongkongan sering terjadi pada GERD, meskipun tidak jelas apakah kejadian tersebut merupakan penyebab atau akibat dari efek jangka panjang GERD.

8. Kehamilan

Peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan dapat mengendurkan sfingter esofagus wanita yang dapat memicu refluks asam lambung berulang.

Ditambah lagi, perut wanita hamil yang membesar dapatt memberi lebih banyak tekanan pada lambung.

Oleh karena itu, cukup normal bagi wanita hamil untuk mengalami heartburn akibat GERD.

9. Asma

Lebih dari 75 persen penderita asma diyakini juga menderita GERD.

Tidak ada yang benar-benar tahu apakah asma menjadi penyebab GERD, atau sebaliknya.

Ada beberapa alasan mengapa kedua kondisi tersebut terkait satu sama lain.

Pertama adalah bahwa batuk yang menyertai serangan asma dapat menyebabkan perubahan tekanan dada, yang dapat memicu refluks asam lambung.

Lalu ada fakta bahwa obat asma tertentu dapat melebarkan saluran udara, mengendurkan sfingter esofagus bawah dan menyebabkan refluks asam lambung.

Kedua, penyakit dapat memperburuk gejala yang lain. Mengobati GERD biasanya dapat membantu meredakan gejala asma juga.

10. Konsumsi makanan tertentu

Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah makanan tertentu dapat menyebabkan heartburn.

Jika Anda jarang mengalami heartburn, makanan biasanya tidak terkait dengan “serangan” ini.

Tetapi jika Anda mengalaminya secara berulang, Anda mungkin memperhatikan bahwa beberapa makanan atau hanya makan terlalu banyak tampaknya dapat menyebabkan heartburn.

Beberapa pilihan makanan dilaporkan dapat merangsang produksi asam lambung dan beberapa mengendurkan sfingter esofagus bawah.

Biasanya, katup ini dapat menutup rapat untuk menyimpan makanan dan asam lambung di lambung Anda.

Jika kendur atau terbuka, makanan dan asam lambung pun bisa naik kembali ke kerongkongan dan Anda mungkin merasakan heartburn.

Berikut ini adalah contoh makanan yang bisa mengendurkan sfingter esofagus bawah:

  • Makanan yang digoreng (berminyak)
  • Daging tinggi lemak
  • Mentega dan margarin
  • Mayones
  • Saus krim
  • Saus salad
  • Produk olahan susu
  • Cokelat
  • Permen
  • Minuman berkafein seperti minuman ringan, kopi, teh, dan kakao

Sementara itu, berikut ini adalah makanan yang dapat merangsang produksi asam lambung dan meningkatkan risiko teheartburn:

  • Minuman berkafein
  • Minuman berkarbonasi
  • Alkohol
  • Makanan pedas
  • Lada hitam
  • Buah jeruk
  • Jus tomat

11. Genetika

Dilansir dari WebMD, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada komponen genetik dalam banyak kasus GERD, yang kadang-kadang mungkin karena masalah otot atau struktural yang diwariskan di kerongkongan atau lambung.

Sebua studi menemukan bahwa variasi DNA yang disebut GNB3 C825T hadir di setiap partisipan studi dengan GERD, tetapi tidak ada pada kelompok kontrol yang tidak memiliki GERD.

Faktor genetik juga tampaknya memainkan peran besar dalam kerentanan pasien terhadap Barrett’s esophagus, suatu kondisi prakanker yang disebabkan oleh refluks gastroesofageal yang sangat parah.

Sebuah studi menemukan bahwa GERD, Barrett’s esophagus, dan kanker kerongkongan semuanya memiliki tumpang tindih genetik yang signifikan.

Para ilmuwan percaya bahwa mengembangkan GERD membutuhkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan, serta pilihan gaya hidup.

Tapi ingatlah, hanya karena orang tua atau saudara Anda menderita GERD tidak berarti Anda pasti menderitanya juga, meskipun risiko Anda meningkat untuk terkena gangguan kesehatan ini.

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada komponen genetik sehingga diagnosis dan pengobatan GERD dapat lebih efektif dan tepat sasaran.

12. Penyakit lain

Banyak orang dewasa mengalami heartburn dan siapa pun pada usia berapa pun dapat mengembangkan GERD.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena GERD:

  • Scleroderma adalah gangguan autoimun ini, di mana sistem kekebalan menyerang sel-sel sehat dalam tubuh, meningkatkan risiko GERD. Banyak orang dengan gangguan ini dilaporkan juga menderita GERD karena kerongkongan adalah organ yang paling sering terkena skleroderma
  • Asma, tapi sekali lagi, para ahli tidak yakin mana yang “ayam” atau mana yang “telur” dalam kaitannya dengan asma dan GERD, tetapi sebagian besar setuju bahwa ada hubungan di antara keduanya
  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) juga menempatkan Anda pada risiko lebih tinggi terkena GERD, dan memiliki GERD dapat memperburuk gejala PPOK Anda
  • Diabetes, di mana penderita diabetes, terutama diabetes tipe 1, sering mengalami kondisi yang disebut gastroparesis. Kondisi ini ditandai dengan pengosongan lambung yang tertunda. Tekanan di dalam perut dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan refluks, membuat Anda lebih rentan terkena GERD
  • Penyakit Celiac sepertinya dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena GERD. Penelitian telah menunjukkan bahwa diet bebas gluten secara signifikan dapat mengurangi gejala GERD. Tapi, para ahli tidak yakin apakah mengkonsumsi gluten menyebabkan GERD atau jika GERD merupakan kondisi terkait penyakit celiac . Terkadang GERD tidak terjadi sampai setelah seseorang didiagnosis menderita penyakit celiac, yang menunjukkan bahwa mungkin ada hal lain yang menyebabkannya

error: Content is protected !!