Rame-rame Pelaku Industri Keuangan Optimis Hadapi 2023

cnbc-indonesia.com – Para pelaku di industri keuangan mengaku optimis bisa menghadapi tantangan di tahun 2023, salah satunya Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso.

Menurut Sunarso tahun 2023 tidak seram seperti yang dibayangkan. Bahkan potensi terjadinya resesi cuma sekitar 2%. Artinya potensi Indonesia bakal mengalami resesi ditahun ini hampir tidak ada samasekali.

“Kita memiliki ekonomi yang cukup solid oleh karena itu kita optimis,” kata Sunarso dalam economic outlook 2023, Selasa (28/2/2023).

Dia menambahkan, meski tetap optimistis, perbankan juga tetap waspada dengan tantangan geopolitik. Pasalnya, tensi geopolitik ikut memacu disrupsi rantai pasok.

Tetapi yang terpenting, menurut Sunarso, konsumsi Rumah Tangga di tanah air masih mendominasi 54%, dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi.

Rasa optimis juga disampaikan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Royke Tumilaar. Bahkan ia meyakini demand kredit di 2023 masih akan tetap tinggi, di tengah ketidakpastian ekonomi global, khususnya di sektor komoditi.

Royke menuturkan, disaat harga komoditi turun, banyak pelaku usaha di sektor ini membutuhkan pendanaan demi memperkuat usahanya. Tingginya permintaan kredit di sektor ini juga bakal terjadi seiring gencarnya upaya pemerintah dalam mendorong hilirisasi. Program ini dinilai Royke dapat meningkatkan demand kredit yang cukup besar di sektor komoditi.

Melihat hal itu, BNI pun bahkan tengah menyiapkan tim khusus untuk mempelajari sektor tersebut.

“Yang penting kita siapin tim yang ngerti industrinya untuk masuk sektor hilirisasi. Kita harus ngerti komoditi ini,” tutur Royke.

Sementara itu Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Hery Gunardi mengaku optimis akan kondisi perbankan di 2023 karena didukung oleh fundamental ekonomi dalam negeri yang sepanjang tahun lalu tercatat tetap tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Seperti diketahui,Ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70 persen.Hal tersebut diangap menjadi salah satu katalis bahwa tahun 2023 Indonesia jauh dari resesi.

Dengan masih kuatnya kondisi perekonomian dalam negeri, ia pun yakin pembiayaan perbankan syariah bisa tumbuh sekitar 9-10% di 2023.

“Menarik memang sudah banyak pakar membahas mengenai makro ekonomi global dan domestik. Perspektif pertama dari global lihat data, dari 2023 rezim suku bunga tinggi akan berlanjut. Sementara di AS inflasi masih tinggi. Domestik saya lihat tentunya Indonesia responsive,” kata Hery.

Sedangkan Presiden Direktur Prudential Syariah, Omar Sjawaldy Anwar mengungkapkan, pihaknya optimis bisa melalui tahun 2023 karena melihat mulai tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk keuangan seperti asuransi. Selain itu, daya beli masyarakat juga dinilai masih cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut bisa dilihat dari DGP per kapita Indonesia di 2023 yang tercatat mencapai Rp 75 juta/tahun. GDP per kapita kata Omar menjadi salah satu variable untuk mengukur pertumbuhan di industri asuransi.

Dengan semakin tingginya GDP perkapita, maka daya beli masyarakat akan produk asuransi semakin tinggi.

“Kalau dalam teori untuk melihat perkembangan asuransi ada beberapa variable. Pertama di lihat dari GDP per kapita. GDP per kapita Indonesia tahun 2023, sebesar USD 5 ribu atau Rp 75 juta per tahun. Dengan angka tersebut, rata-rata penghasilan masyarakat sekitar Rp 6 juta atau di atas umr. Apabila GDP per kapita menebus Rp 75 juta/tahun, pertumbuhan bisa 10%,” kata Omar.