Kondisi Terkini BUMN Pertahanan yang Makin ‘Berotot’

Kondisi Terkini BUMN Pertahanan yang Makin ‘Berotot’

cnbc-indonesia.com – Kinerja holding BUMN industri pertahanan Defend ID mengalami perbaikan. Hal itu tampak dari adanya peningkatan keuntungan perusahaan.

Tercatat, laba bersih holding tahun 2022 sebesar Rp 483,14 miliar di tahun 2022. Laba bersih itu merupakan kinerja keuangan yang belum diaudit.

Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin mengatakan, laba tersebut mengalami peningkatan jika dibanding tahun 2021.

“Laba bersih dari konsolidasian adalah pra audit 2022 mencapai Rp 483 miliar atau 2,45% dibanding pendapatan, naik cukup signifikan dibanding audited 2021 yang cuma Rp 162 miliar,” katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Holding industri pertahanan terdiri dari lima BUMN yakni terdiri PT Len Industri (Persero) sebagai induk dari Defend ID. Kemudian, anggotanya PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, dan PT Dahana.

Lebih lanjut, holding industri pertahanan mencatat pendapatan sebesar Rp 19,70 triliun. Sementara, pada tahun 2021 sebesar Rp 15,97 triliun.

“Kinerja pendapatan pra audit tahun 2022 dari konsolidasian. Pendapatan usaha tahun 2022 itu mencapai Rp 19,7 triliun yang terdiri Rp 9,94 dari sektor defense, dan Rp 9,76 triliun dari sektor non defense,” katanya.

Sementara, kas holding pertahanan sebesar Rp 1,42 triliun. Total aset di 2022 sebesar Rp 46,4 triliun. “Utang berbunga atau interest bearing debt itu Rp 15,97 triliun. Ekuitas mencapai Rp 12,77 triliun,” ujarnya.

Perusahaan-perusahaan di bawah holding industri pertahanan ini pernah mengalami masa kelam. Wakil Ketua Komisi VI DPR Mohamad Hekal mengatakan, produsen pesawat PT Dirgantara Indonesia (PTDI) misalnya sempat berjualan panci.

“Perusahaan-perusahaan yang di bawah inhan ini kita tahulah ini hidup segan mati tak mau dulunya. Kita ada PT Dirgantara yang dulu sempat jualan panci sama wajan gitu kan, pernah kita lihat tuh bekas-bekasnya,” katanya.

Tak cuma PTDI, produsen kapal PT PAL Indonesia juga punya cerita kelam. Dia bercerita, saat kunjungan melihat kerja sama pembuatan kapal selam, salah satu direkturnya justru dinyatakan sebagai tersangka. “Dan kapal selam saya dengar juga nggak berujung baiklah,” ujarnya.

Holding industri pertahanan sendiri mengincar masuk daftar top 50 defence global company. Namun, Hekal menyoroti kinerja perusahaan yang mencakup pendapatan hingga utang.

“Kalau ini di-breakdown per company pasti ada nih yang seperti PT PAL ini, mungkin ada juga di PT Pindad, mungkin di PT Dahana. Dahana saya tahu dulu cuma bikin alat peledak aja gitu,” ujarnya.

Menurut Hekal, tonggak utama industri pertahanan ialah konsumen dalam negeri. Oleh karena itu, ia meminta agar holding industri pertahanan berdiskusi dengan Menteri Pertahanan untuk menentukan arah pengembangan.

“Jadi rasa-rasanya kalau di manapun industri pertahanan mau jadi yang terbaik, yang pasti menjadi tonggak utamanya adalah konsumsi dalam negeri dulu. Sekarang tolong diskusikan dengan Pak Menhan, karena saya pernah bicara ini dengan Pak Menteri BUMN juga, beliau juga kemajuannya inhan tergantung will-nya pemerintah dalam hal ini Menhan,” terangnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi VI Martin Manurung menanggapi paparan dari holding industri pertahanan dengan istilah ‘nafsu besar tenaga kurang’. Sebab, holding berencana melakukan banyak pengembangan, dari mulai tank, helikopter, radar, drone dan lain-lain.

“Kalau menurut saya kenapa nggak kita mulai dari hal-hal basic dari industri pertahanan. Saya orang bodoh pak industri pertahanan, saya nggak ngerti. Tapi misalnya bisa nggak kita swasembada peluru, atau apa itu pak, alat-alat pertahanan,” ujarnya.

error: Content is protected !!