Investor Paling Tajir Mulai Atur Strategi Investasi, tapi Khawatir soal Ini

Investor Paling Tajir Mulai Atur Strategi Investasi, tapi Khawatir soal Ini

cnbc-indonesia.com – Investor paling kaya di Asia Pasifik mengungkapkan hal-hal yang dikhawatirkan pada saat ini. Salah satunya ialah masalah inflasi yang tinggi.

Dikutip dari CNBC, Senin (12/9/2022), investor paling kaya di Asia Pasifik mulai beralih dari pendekatan ‘wait and see’ yang mereka adopsi saat masa awal pandemi. Hal itu terungkap dari survei terbaru bank swasta Swiss, Lombard Odier.

Survei ini dilakukan terhadap 450 investor terkaya di Asia Pasifik. Investor terkaya ini didefinisikan bagi mereka yang memiliki aset investasi minimal US$ 1 juta yang berdomisili di Asia Pasifik. Dalam survei ini, para investor ini juga mengungkap kekhawatiran mereka.

Sementara, dalam studi High Net Worth Individual (HNWI) 2022 disebutkan, mereka mengelola volatilitas pasar saat ini dan risiko geopolitik, serta mendiversifikasi portofolio mereka dengan lebih baik.

Dijelaskan, sekitar 68% investor di Singapura, Hong Kong, Jepang, Thailand, Filipina, Indonesia, Taiwan dan Australia telah menyesuaikan kembali atau mengubah portofolio mereka untuk menghadapi kondisi pasar yang lebih baik saat ini.

Kemudian, sebanyak 77% dari mereka menyatakan, kenaikan inflasi dan prospek resesi adalah hal yang paling meresahkan. Warga Singapura paling khawatir dengan kondisi tersebut.

“Bahkan Jepang, di mana inflasi mendekati nol selama lebih dari tiga dekade, sekarang menghadapi tekanan inflasi, dan 69% HNWI Jepang mengkhawatirkannya,” tulis laporan itu.

“Apakah Bank of Japan akan melakukan langkah pengetatan masih belum jelas, tetapi sepertiga dari HNWI Jepang percaya itu akan terjadi dalam 12 bulan mendatang,” sambungnya.

Lebih lanjut, investor terkaya kawasan ini pada umumnya tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kenaikan suku bunga. Mereka berpikir sebagian besar pemerintah akan berhati-hati untuk menaikkan suku bunga karena memberikan dampak pada perekonomian.

Namun, investor Australia dan Indonesia tidak begitu yakin. Mayoritas dari mereka yang disurvei di negara-negara tersebut sekitar 70% mengatakan suku bunga yang lebih tinggi adalah kekhawatiran yang signifikan.

error: Content is protected !!