IEA: Pertumbuhan Energi Bersih Imbangi Kenaikan Emisi CO2

IEA: Pertumbuhan Energi Bersih Imbangi Kenaikan Emisi CO2

cnbc-indonesia.com – Badan Energi Internasional ( IEA ) mengatakan, emisi CO2 global mengalami kenaikan kurang dari yang diperkirakan pada tahun 2022. Hal ini didorong oleh pertumbuhan sumber energi bersih seperti matahari, angin, kendaraan listrik, dan pompa panas.

Emisi global dari energi naik kurang dari 1 persen tahun lalu ke level tertinggi baru atau lebih dari 36,8 miliar ton. Namun kenaikan emisi dibatasi oleh implementasi energi terbarukan, dan menekan konsumsi batu bara dan minyak. Sebagai perbandingan, emisi global dari energi naik 6 persen pada tahun 2021.

“Dampak krisis energi tidak menghasilkan peningkatan besar emisi global yang awalnya dikhawatirkan,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengutip , Kamis (2/3/2023).

“Ini berkat pertumbuhan luar biasa dari energi terbarukan, EV, pompa panas, dan teknologi hemat energi,” lanjutnya.

Tanpa pertumbuhan energi bersih, kenaikan emisi tahun lalu diperkirakan bisa mencapai tiga kali lebih tinggi. IEA memperingatkan emisi tetap berada pada lintasan pertumbuhan yang tidak berkelanjutan. IEA juga mendorong upaya lebih kuat untuk beralih dari bahan bakar fosil.

“Perusahaan bahan bakar fosil internasional dan nasional menghasilkan rekor pendapatan dan perlu mengambil tanggung jawab mereka, sejalan dengan janji publik mereka untuk memenuhi tujuan iklim,” kata Birol.

“Sangat penting bagi mereka meninjau strategi mereka untuk memastikan mereka selaras dengan pengurangan emisi yang berarti,” tambahnya.

Di sisi lain, emisi dari gas alam turun 1,6 persen tahun lalu karena pasokan gas yang terbatas. Ini juga diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina, dan gangguan perdagangan yang meluas. Namun kenaikan emisi dari batu bara sebesar 1,6 persen itu, mengimbangi penurunan gas alam.

Selain itu, emisi dari minyak juga mengalami kenaikan 2,5 persen, dimana sekitar setengah dari peningkatan tersebut berasal dari sektor penerbangan karena perjalanan udara terus pulih dari pandemi.

Di tahun lalu, penggunaan EV terus mendapatkan momentum dengan lebih dari 10 juta mobil terjual, atau melebihi 14 persen dari penjualan mobil global.

Peningkatan emisi terbesar pada tahun 2022 berasal dari sektor pembangkitan listrik dan panas yang mengalami kenaikan emisi sebesar 1,8 persen. Peristiwa cuaca ekstrem termasuk kekeringan dan gelombang panas, bersama dengan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga nuklir yang tidak beroperasi, juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan emisi tahun lalu.

Di Amerika Serikat, emisi meningkat sebesar 0,8 persen karena bangunan meningkatkan konsumsi energinya untuk menahan suhu ekstrem, sedangkan emisi di Uni Eropa 2,5 persen lebih rendah. Emisi China secara umum tidak signifikan tahun lalu karena implementasi zero Covid-19 yang ketat dan penurunan aktivitas, yang menyebabkan penurunan kegiatan konstruksi, aktivitas industri dan transportasi.

Tahun lalu, IEA mengatakan krisis energi global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina telah memicu implementasi energi terbarukan yang belum pernah terjadi sebelumnya. IEA juga memproyeksikan bahwa energi terbarukan akan menjadi sumber pembangkit listrik terbesar di dunia pada tahun 2025.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

error: Content is protected !!