Bisnis  

Pengaruh CPI atau Inflasi terhadap Harga Bitcoin dan Kripto Lainnya

Pengaruh CPI atau Inflasi terhadap Harga Bitcoin dan Kripto Lainnya

cnbc-indonesia.com – — Consumer Price Index (CPI) merupakan salah satu indikator makro yang kerap menentukan pergerakan harga Bitcoin (BTC) dan aset kripto lainnya. Meskipun Bitcoin kerap disebut sebagai aset anti inflasi, harga Bitcoin tidak selalu naik ketika inflasi atau CPI diumumkan naik.

Sebaliknya, kebiasaan yang sering terjadi adalah harga Bitcoin dan aset kripto lainnya malah mengalami penurunan bila CPI naik tajam atau melebihi prediksi para pakar. Naik turun harga setelah pengumuman CPI ini biasanya berlaku hanya dalam jangka pendek, bisa berhari-hari, atau hanya beberapa jam.

Lantas bagaimana sebenarnya pengaruh CPI terhadap pergerakan harga Bitcoin dan kripto secara umum?

Secara jangka pendek, Bitcoin berkorelasi negatif dengan CPI atau inflasi. Bila inflasi diumumkan naik, biasanya harga Bitcoin maupun aset kripto lainnya akan turun. Sedangkan bila CPI turun atau naik namun di bawah prediksi, maka harga Bitcoin akan naik. Sementara dalam jangka panjang, Bitcoin dipercaya sebagai aset anti inflasi yang seharusnya terus naik bila inflasi terus mengalami kenaikan.

Pengaruh Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, CPI biasanya menujukan korelasi negatif dengan gerak harga Bitcoin. Bila inflasi diumumkan naik, harga Bitcoin dan aset kripto lain akan turun. Bila inflasi melambat, maka harga Bitcoin biasanya akan naik.

Pola ini terjadi lantaran kenaikan inflasi atau CPI biasanya akan diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga. Bank sentral punya kebiasaan menaikkan suku bunga sebagai salah satu strategi untuk menurunkan tingkat inflasi.

Suku bunga yang tinggi akan membuat calon kreditur berpikir dua kali bila ingin meminjam uang di bank. Semakin sedikitnya permintaan kredit, membuat barang dan jasa tidak terlalu laku karena masyarakat tidak memiliki banyak uang. Dengan melimpahnya stok barang dan jasa tersebut di tengah menipisnya permintaan, maka harga komoditas akan turun.

Dalam investasi, suku bunga yang tinggi akan membuat investor lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank lantaran akan mendapat bunga simpanan lebih besar.

Tapi dalam beberapa kasus, bila kenaikan level suku bunga perbankan diproyeksikan terjadi dengan angka yang relatif kecil, maka pengaruhnya terhadap pergerakan harga tidak akan terlalu terasa. Bahkan harga Bitcoin bisa jadi malah merangkak naik, seperti yang terlihat di 14 Februari 2023.

Pergerakan harga Bitcoin dan aset kripto lain merespon pengumuman CPI dalam jangka pendek ini sama dengan yang diperlihatkan kelompok aset tradisional seperti Dow Jones, S&P 500, Nasdaq Composite Index dll.

Pengaruh Jangka Panjang

Dalam jangka panjang, Bitcoin dipercaya sebagai aset kripto yang dapat menjadi hedge fund alias mampu mempertahankan nilainya dari gerusan inflasi. Kepercayaan ini bersandar pada fakta bahwa ketersediaan Bitcoin dibatasi hanya 21 juta keping. Berbeda dengan mata uang fiat yang jumlahnya cenderung bertambah lantaran terus-menerus dicetak bank sentral.

Karena jumlah Bitcoin terbatas dan tak mungkin bertambah, maka nilainya dianggap relatif stabil terhadap gerusan inflasi. Kelangkaan Bitcoin juga dipercaya bakal membuat harga aset ini akan semakin mahal di masa depan. Sementara uang fiat yang jumlahnya senantiasa bertambah, cenderung akan sulit lebih sulit untuk bisa mempertahankan nilainya.

Dikutip dari Coinbase, walau pasar Bitcoin dan kripto sangat kompleks, tapi setidaknya ada tiga “fungsi” di dalamya yang dapat membantunya menahan inflasi.

Pertama, Bitcoin tidak dapat dimanipulasi oleh pemerintah yang menyesuaikan suku bunga atau mencetak lebih banyak uang untuk mencapai tujuan kebijakan. Kedua, seperti emas dan simpanan nilai langka lainnya, kebijaksanaan konvensional seputar Bitcoin adalah bahwa harga akan naik di waktu yang tidak pasti. Ketiga, kelangkaan adalah salah satu kunci untuk membuat penyimpan nilai tahan terhadap inflasi.

Data empirik juga mengonfirmasi harapan masyarakat akan Bitcoin untuk menjadi aset anti inflasi mereka. Laporan Global State of Crypto 2022 Gemini memperlihatkan banyak masyarakat di negara dengan inflasi tinggi punya rencana untuk berinvestasi Bitcoin.

Sebanyak 45% orang Brasil yang disurvei Gemini mengatakan berencana membeli kripto di tahun 2022. Tingkat devaluasi mata uang Brasil selama 10 tahun pada 2011 dan 2021 mencapai 218%. Negara lain yang memiliki tingkat devaluasi mata uang tinggi, yakni Afrika Selatan (103%) dan Meksiko (63,71%), masing-masing 32% warganya juga berencana berinvestasi di kripto.

Data lainnya menunjukkan tingkat devaluasi dolar AS pada 2017-2022 inflasi 19,39%. Sementara nilai Bitcoin terapresiasi lebih dari 120% terhadap dolar AS dalam kurun 5 tahun terakhir.

Pengaruh Prediksi CPI

Unsur lain yang kerap menjadi indikator pergerakan harga bagi Bitcoin dan aset kripto lain adalah CPI. Bila tingkat CPI atau inflasi aktual lebih rendah dari perkiraan, harga kripto biasanya akan mengalami kenaikan. Namun bila kenaikan lebih tinggi atau sama dengan perkiraan, pasar kripto biasanya bereaksi negatif.

Berdasarkan data pengumuman CPI enam bulan terakhir, ada korelasi kuat yang antara hasil prediksi CPI dengan pergerakan harga Bitcoin. Bila hasil CPI lebih rendah dari prediksi, harga Bitcoin akan mengalami kenaikan. Sedangkan bila CPI sesuai atau melebihi prediksi, harga Bitcoin dan aset kripto lainnya akan turun.

Pada 14 Februari 2023, CPI AS Januari diumumkan naik 0,5% secara bulanan. Persentase penurunan CPI ini lebih tinggi sejumlah prediksi sebelumnya sebesar 0,4%, yang sempat direspon negatif oleh pelaku pasar kripto.

Pada 12 Januari, CPI AS Desember 2022 diumumkan mengalami penurunan 0,1% secara bulanan. Persentase penurunan CPI ini sesuai dengan sejumlah prediksi sebelumnya, yang sempat direspon negatif oleh pelaku pasar kripto. Pada 12 Desember 2022, harga Bitcoin dan kripto lainnya naik setelah CPI November diumumkan hanya naik 0,1%, lebih rendah dari perkiraan 0,3%.

Kemudian di 10 November, CPI Oktober diumumkan naik 0,4%, jauh lebih kecil dari prediksi sebesar 0,6%, yang langsung direspon positif pasar. Pada 13 September, CPI Agustus diumumkan naik 0,1%, meleset dari prediksi ekonom yang memperkirakan CPI turun 0,1%.

Selain Bitcoin, prediksi CPI ini juga berkorelasi negatif dengan saham-saham tradisional seperti Dow Jones, S&P 500, Nasdaq Composite Index dll. Di sisi seberang, bila CPI sesuai atau melebihi prediksi, biasanya akan direspon positif oleh harga dolar AS (DXY).

Korelasi Bitcoin dan Inflasi Inkonsisten

Kenaikan tingkat inflasi bulanan AS secara historis biasanya direspon negatif oleh pasar kripto. Namun belakangan tren tersebut cenderung berubah-ubah.

Pada Juli 2022, CPI tahunan per Juni diumumkan meroket ke angka 9,1%. Inflasi itu jadi level tertinggi dalam 40 tahun lebih. Kenaikan inflasi juga melebihi prediksi, namun pasar Bitcoin merespon positif data CPI tersebut.

Di bulan Juli, inflasi bulanan tidak naik. Sedangkan perkiraan kenaikan inflasi mencapai 0,2%. Inflasi yang lebih kecil dari perkiraan ini direspon dengan kenaikan harga Bitcoin. Sejak saat itu, tren korelasi positif pergerakan harga dengan prediksi inflasi atau CPI bulanan memperlihatkan pola konsistensi.

Walau tampak solid, nyatanya ketahanan pola ini masih lemah. Pada pengumuman CPI Januari 2023 misalnya, harga Bitcoin sempat turun saat rush hour pengumuman CPI, namun malah mengalami pumping cukup tajam beberapa jam setelahnya.

Dalam jangka panjang, efektivitas Bitcoin sebagai aset tahan inflasi juga belum sepenuhnya teruji. Riset peneliti ekonomi Universitas Chiang Mai dan Universitas Phayao yang membandingkan data inflasi dan fluktuasi harga aset pada Januari 2010 hingga Maret 2021, menyimpulkan bahwa Bitcoin dan aset lain tradisional, seperti emas, minyak, dan saham lebih efektif sebagai aset anti inflasi jangka pendek ketimbang dalam jangka panjang.

Catatan

Indeks CPI atau inflasi memang menjadi salah satu indikator makro yang secara historis memberi pengaruh terhadap pergerakan harga Bitcoin. Namun di luar itu, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin dan aset kripto secara umum, termasuk perkara regulasi, kebijakan ekonomi-politik, sentimen media sosial dan pemberitaan, update proyek, pergerakan investor dan bandar, atau bahkan kicauan Elon Musk.

Bitcoin yang masih berusia seumur jagung mungkin masih mencari jati dirinya, entah apakah ia akan mengekor tren pergerakan harga pasar saham, emas, atau membuka jalannya sendiri sebagai aset dengan logic dan pattern yang sama sekali berlainan.

Prediksi CPI Januari 2023, Bagaimana Pengaruhnya ke Harga Bitcoin?

In “Bitcoin”

CPI Oktober Diumumkan, Inflasi AS Turun Empat Bulan Berturut-turut

In “Highlight”

Harga BTC Lewati $18.000, Tumbuh 10% Sepanjang 2023

In “Analisis Pasar Kripto”

error: Content is protected !!