Bisnis  

Penambang Bitcoin Cetak Laba Lumayan Tinggi, Nih!

Penambang Bitcoin Cetak Laba Lumayan Tinggi, Nih!

cnbc-indonesia.com – Di tengah besarnya permintaan terhadap Bitcoin, ini berkah besar bagi para penambangnya. Setidaknya itu tercermin dari tingkat profitabilitas yang meningkat signifikan sejak 18 Oktober 2020, melebihi 6 Agustus 2020 lalu.

Berdasarkan data Bitinfocharts.com per 8 November 2020, pukul 20:19 WIB, pada 18 Oktober 2020 tingkat profitabilitas menambang Bitcoin adalah yang terendah selama 6 bulan terakhir, yakni hanya US$0,0063 per hari/TH per detik.

Namun sejak tanggal itu pula, profitabilitas memuncak hingga US$0,157 per hari/TH per detik. Meningkatnya pendapatan penambang Bitcoin, bisa juga mencerminkan aksi jual oleh “pemasok bitcoin baru” itu, menutupi kerugian yang dialami sebelumnya.

Raihan tertinggi selama 6 bulan itu, mengantarkan tingkat serupa pada pekan kedua Mei 2020, beberapa pekan setelah “flash crash”, pada Maret 2020.

Tingkat profitabilitas menambang Bitcoin tertinggi pertama dan kedua selama setahun terakhir terjadi pada 9 November 2020 (US$0,196) dan 9 Februari 2020 (US$0,184).

Artinya, trennya masih turun dan berpotensi terjadi fluktuasi pendapatan para penambang dalam beberapa hari ke depan, sebagaimana yang terjadi pada 13 Mei 2020 hingga 13 Oktober 2020 lalu.

Terkait itu, pernyataan senada sebelumnya oleh Robby, Direktur Rekeningku.com. Menurut Robby, koreksi akan terus berlanjut. Lagipula miner sudah bisa bernapas lega dengan penguatan harga Bitcoin ini.

“Saat ini pendapatan miner BTC kurang lebih US$7 per ASIC miner. Kita tunggu saja para miner menjual Bitcoin-nya, guna menutupi kerugian yang lalu,” tegas Robby. Namun Robby berani meramalkan harga Bitcoin bisa tembus hingga US18 ribu per BTC pada akhir tahun ini.

Kenaikan itu tampaknya belum selaras penuh dengan hashrate, yang sejak 17 Oktober 2020 masih tertekan hebat.

Terpantau malam ini, 8 November 2020, hashrate naik sedikit dari 97,9489 Exahash per detik, rata-rata per hari (27 Oktober 2020), menjadi 128,508 Exahash per detik.

Tingkat itu masih jauh berbanding sebelumnya, yakni tertinggi selama 3 bulan terakhir, di 157,6 Exahash per detik.

Hashrate mencerminkan jumlah penambang yang memadukan alat tambangnya ke dalam jaringan Bitcoin untuk memverifikasi dan memvalidasi transaksi.

Migrasi PenambangMasih melemahnya hashrate, tampaknya masih terkait dengan kabar migrasi sejumlah penambang Bitcoin yang berbasis di Sichuan, wilayah Barat Tiongkok.

Per 27 Oktober 2020 lalu, penambang Bitcoin yang sebagian besar di Tiongkok (lebih dari 64 persen secara global), dikabarkan dalam proses migrasi sumber listrik dari tenaga air menjadi tenaga diesel (berbahan bakar minyak).

Maklumlah, pembangkit listrik tenaga air dari sungai di sana sangat tergantung pada kondisi cuaca. Ketika musim panas dengan curah hujan tinggi, Juni-Oktober, volume air sungai akan bertambah, sehingga tarif listrik menjadi murah, utamanya di provinsi Sichuan, Yunnan dan Guizhou di barat daya negara itu.

Selamat! Penambang Bitcoin di Sichuan dapat Tarif Listrik Murah

Dan sebaliknya, menjelang musim kemarau dan musim dingin, tarif listrik akan lebih tinggi dan relatif tidak stabil.

Situasi itu memaksa sejumlah besar pengelola tambang memindahkan fasilitas tambang mereka ke daerah lain, seperti di Xinjiang dan Mongolia Dalam.

Hukum Rimba Tambang Bitcoin

Per 27 Oktober 2020, data PoolIn memperkirakan bahwa sebagai akibat dari penurunan hash rate ini, difficulty adjustment untuk penambangan Bitcoin berikutnya, yang terjadi dalam waktu sekitar 5 hari, akan turun 10 persen.

Inilah Peta Tambang Bitcoin di Seluruh Dunia, Tiongkok Masih Mendominasi

Proses migrasi ini biasanya memakan waktu sekitar satu bulan, tetapi Xinjiang masih menghadapi situasi waspada COVID-19, sehingga tidak bisa dipastikan berapa lama migrasi selesai.

“Banyak para penambang masih di jalan,” kata Mao Shixing, Pendiri F2Pool.

Di negara lain pada 26 Oktober 2020. Perusahaan penambang Bitcoin asal AS, Marathon Patent Group mengatakan sudah memesan alat tambang Bitcoin kepada Bitmain.

Marathon memesan 10 ribu Antminer S19 Pro. Pengiriman akan berlangsung mulai Januari 2021 dan rampung pada Maret 2021.

Artinya, Marathon akan mengoperasikan 10 ribu mesin tersebut pada kuartal pertama 2021. Hal ini mencerminkan permintaan pasar terhadap Bitcoin yang semakin tinggi, sehingga membuat pengelola tambang Bitcoin semakin percaya diri.

“Jika semua mesin baru itu selesai dipasang, secara total kami akan memiliki 23.650 mesin penambang generasi terbaru itu dengan hash rate total sekitar 2,56 Exahash per detik,” jelas Merrick Okamoto, CEO Marathon.

Di atas kertas, setiap unit Antminer S19 Pro menghasilkan tenaga 110 TH per detik. Kendati berkinerja tinggi, konsumsi listrik masih terbilang rendah. [red]

error: Content is protected !!