Bisnis  

Kehancuran TerraUSD (UST) Ternyata Masih Menyisakan Luka, Begini Kisah Pilu Para Investor yang Alami Kerugian

Kehancuran TerraUSD (UST) Ternyata Masih Menyisakan Luka, Begini Kisah Pilu Para Investor yang Alami Kerugian

cnbc-indonesia.com – Tidak dimungkiri lagi, runtuhnya TerraUSD (UST) awal tahun ini telah menghancurkan kehidupan banyak investor, dan beberapa di antaranya bersedia untuk menceritakan kisah pahit mereka.

Awal tahun ini, algorithmic stablecoin TerraUSD kehilangan pasaknya terhadap dolar AS. Kejadian itu kemudian dengan cepat menyebabkan keruntuhan total pada keseluruhan ekosistemnya. Tidak berhenti sampai di sana, tragedi itu juga turut meluluhlantakkan Anchor Protocol dan aset kripto LUNA.

Para investor yang menderita kerugian dan kehilangan hampir seluruh investasinya datang dari segala usia. Mulai dari lulusan baru perguruan tinggi, hingga pensiunan berusia 69 tahun. Namun, mayoritas dari mereka adalah laki-laki berusia akhir 30-an, dan kebanyakan dari mereka telah menikah, serta memiliki anak yang masih kecil.

Seorang Pasien Kanker Kehilangan US$50,000 yang Disimpan dalam Anchor Protocol

Dana yang diinvestasikan oleh sejumlah korban Terra itu rupanya ada yang merupakan hasil kerja keras selama bertahun-tahun. Mereka rela menabung dan menggunakan uang tersebut untuk investasi, termasuk pensiunan. Salah seorang pensiunan mengungkapkan, “Saya [telah] bekerja selama hampir 20 tahun melakukan pekerjaan 80 jam per minggu, yang membutuhkan banyak pengorbanan, tanggung jawab dan [menyebabkan] stres.”

Sementara itu, sebagian yang lain tanpa disadari menyia-nyiakan warisan mereka. “Kakek dan nenek saya meninggal secara berurutan dalam [jarak] waktu singkat… mereka meninggalkan saya 50rb [dolar] yang ayah saya transfer kepada saya secara mencicil selama tahun ini dan tahun lalu,” ungkap salah seorang korban, “hadiah [dari] kakek saya yang hampir lunas, [sic] hilang.”

Parahnya lagi, sebagian investor bahkan rela berutang agar bisa berinvestasi di stablecoin tersebut. Salah satu korban menyatakan, “Saya akhirnya [bisa] melunasi rumah saya setelah bertahun-tahun kerja keras, kemudian saya melakukan pendanaan kembali [untuk] rumah tersebut, supaya mendapatkan pinjaman ini untuk [saya] investasikan ke UST dan Anchor, karena dipasarkan sebagai stablecoin.”

Selain dari refinancer, ada kemungkinan bahwa yang lainnya terlibat dalam cara yang agak terjal. Contohnya, ada seorang korban Terra yang kabarnya adalah seorang “pasien tumor ganas tingkat lanjut” dan terpaksa harus kehilangan pekerjaannya karena kondisinya itu. Ia memperoleh santunan asuransi senilai US$50.000 dari kondisi yang dialami. Kemudian, dana tersebut langsung dia masukkan ke dalam Anchor Protocol dan simpanan UST.

Orang yang Senantiasa Mawas dalam Berinvestasi pun Ikut Terjerumus

Terlepas dari kisah-kisah di atas, tragedi tersebut tampaknya berdampak pada sejumlah orang lainnya, yang menurut laporan, adalah golongan investor yang sangat berhati-hati secara finansial sepanjang hidup mereka.

Misalnya saja, sepasang suami istri dari Australia yang telah menabung selama bertahun-tahun untuk membayar uang muka sebuah rumah akhirnya juga ikut terjerumus pada pemasaran Terra. Sang suami mengungkapkan, “[Trik] pemasaran membuatnya terdengar minim risiko dan aman, jadi sebagai seseorang yang sedang berjuang untuk menabung untuk sebuah rumah, saya terpikat dengan bunga 20%.”

Faktanya, tidak sedikit calon investor yang menyatakan optimisme mereka tentang prospek investasi tersebut. Hal itu tidak terlepas dari adanya pendanaan serta dukungan proyek yang kuat dari “perusahaan modal ventura terkenal seperti Pantera, Polychain Capital, Delphi Digital, Binance, dan Coinbase.”

Pensiunan Ini Sempat Ingin Bunuh Diri Akibat Runtuhnya TerraUSD

Pada awalnya, sesaat setelah para investor mengetahui pemberitaan terkait isu depegging Terra, banyak yang mempertimbangkan untuk menarik aset mereka. Tujunnya sudah pasti demi meminimalisir kerugian yang akan terjadi. Namun, sebuah cuitan dari Do Kwan, CEO Terra, nyatanya berhasil membujuk para investor tentang cadangan stablecoin milik perusahaan. Tapi, akhirnya pernyataan itu terbukti salah dan keruntuhan stablecoin Terra pun tidak terhindarkan.

Setelah tragedi runtuhnya stablecoin tersebut, hampir semua investor melaporkan bahwa mereka menderita stres berat. Baik secara pribadi maupun di antara anggota keluarganya sendiri. Mereka bahkan pesimis tentang hidupnya di masa depan kelak. “Kerja keras saya selama 20 tahun terbuang sia-sia,” ucap investor berusia 69 tahun itu. Selanjutnya, ia mengungkapkan, “Rasa sakit ini sangat dalam, [bahkan] pikiran untuk bunuh diri sudah terlintas di benak saya.”

Bagaimana pendapat Anda tentang kisah para investor Terra ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

error: Content is protected !!