Bisnis  

Gak Mau Gagal Bayar? Ini Cara Pilih Perusahaan Asuransi Jiwa

Gak Mau Gagal Bayar? Ini Cara Pilih Perusahaan Asuransi Jiwa

cnbc-indonesia.com – Kasus asuransi Wanaartha Life tentu bisa membuat citra perusahaan asuransi jiwa memburuk di mata masyarakat. Bayangkan saja, setelah terjadi gagal bayar, izin usaha perusahaan asuransi jiwa ini dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Tepat pada 2020, Wanaartha Life dikabarkan tidak bisa mencairkan klaim nasabah yang telah jatuh tempo. Mereka justru menawarkan perpanjangan polis untuk enam bulan.

Namun tak lama kemudian beredar surat dari Wanaartha Life ke pemegang polis yang menyatakan bahwa ada masalah yang timbul diluar kendali yang menyebabkan keterlambatan dalam pemenuhan kewajiban klaim asuransi yang jatuh tempo.

Singkat cerita di akhir 2022, sanksi pun dijatuhkan ke perusahaan asuransi jiwa ini karena Wanaartha Life melakukan sejumlah pelanggaran atas peraturan perundang-undangan perasuransian, hingga akhirnya izin usahanya dicabut.

Tak hanya Wanaartha, kasus gagal bayar Kresna Life juga berpotensi membuat masyarakat semakin ragu untuk membeli asuransi jiwa. Bayangkan saja, peristiwa ini telah merugikan 8.900 nasabah Kresna Life, dengan total kerugian Rp 6,4 triliun.

Sejatinya, asuransi jiwa merupakan produk finansial yang bertujuan untuk melindungi keuangan keluarga di kala pencari nafkah utama tidak lagi bisa memenuhi kewajibannya.

Bukan berarti bisa ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya kasus gagal bayar Wanaartha Life dan Kresna Life belakangan ini, artinya seluruh perusahaan asuransi jiwa di Indonesia itu buruk.

Begini cara mengenali perusahaan asuransi jiwa yang baik dalam melayani nasabah, serta kuat secara finansial.

Cara paling mudah mengetahui kesehatan keuangan perusahaan asuransi adalah dengan melihat besaran nilai risk based capital (RBC), perusahaan tersebut.

Sederhananya nilai RBC adalah perbandingan antara besarnya modal dengan risiko yang ditanggung, yang sekaligus menjadi metode untuk menilai tingkat kesehatan finansial perusahaan asuransi.

Menurut ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berdasarkan POJK No. 71/POJK.05/2016, adalah 120%.

Semakin besar nilai RBC, semakin besar tingkat solvabilitas yang dimiliki perusahaan asuransi. Hal ini menunjukkan pula bahwa semakin sehat perusahaan asuransi yang bersangkutan.

Selain RBC ada pula rasio kecukupan investasi atau RKI. RKI ditujukan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi klaim yang mungkin terjadi di masa depan.

Adapun nilai minimum dari RKI yang disyaratkan oleh OJK adalah 100%. Di atas 100% tentu lebih baik.

Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, perusahaan asuransi tentunya harus bisa menjual polis yang lebih tinggi dari pembayaran klaim.

Loss ratio atau rasio kerugian merupakan perbandingan antara pendapatan premi neto dengan total beban klaim, baik klaim manfaat atau klaim penebusan unit (surrender). Semakin kecil angka loss ratio menandakan bahwa penjualan premi lebih besar ketimbang klaim yang dilakukan perusahaan tersebut.

Rasio kerugian yang berada di atas 100% bisa mendakan dua hal. Perusahaan mengalami kesulitan keuangan, atau bisa saja perusahaan sedang melakukan kegiatan promosi atau pembiayaan demi meraih banyak nasabah.

Asuransi jiwa adalah produk finansial yang ditujukan untuk jangka panjang. Anda tentunya lebih yakin jika membeli produk dari perusahaan asuransi yang setiap tahunnya terus mengalami pertumbuhan.

Tidak ada salahnya untuk memilih perusahaan dengan aset jumbo, senilai puluhan triliun Rupiah. Namun jangan lupa untuk melakukan pengecekan di laporan keuangan mereka seputar pertumbuhan aset perusahaan setiap tahunnya.

Ketika aset perusahaan tumbuh konsisten setiap tahun, maka bisa dikatakan perusahaan itu menjadi semakin besar di masa depan.

Satu pemberitaan buruk tidak akan menjadi pertanda bahwa perusahaan asuransi ini benar-benar jelek.

Jejak digital perusahaan asuransi tentu sangat mudah ditemukan di mana-mana. Anda bisa melakukan penelusuran di media massa maupun media sosial.

error: Content is protected !!