Bisnis  

Dilanda Krisis, Credit Suisse Berencana PHK 9.000 Karyawan dan Targetkan Pendanaan US$4 Miliar

cnbc-indonesia.com – Baru-baru ini, Credit Suisse berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap hampir 9.000 karyawannya. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan mengadakan penggalangan dana dengan target sebesar US$4 miliar. Langkah ini mereka ambil sebagai akibat dari penurunan harga saham serta dampak dari serangkaian skandal hebat yang menimpa perusahaan.

Credit Suisse berencana untuk mengurangi sebanyak 2.700 karyawannya hingga akhir tahun ini. Lalu, 6.300 sisanya lagi akan dipangkas hingga akhir tahun 2025. Bersamaan dengan rencana itu, Credit Suisse juga akan mengadakan pendanaan baru dari Saudi National Bank dan perusahaan lainnya.

Masalah yang Belakangan Menimpa Credit Suisse

Namun, mengingat kerugian signifikan yang dialaminya pada kuartal ketiga, pengumuman terkait pemangkasan jumlah karyawan bank Swiss ini tidaklah begitu mengejutkan. Terlebih lagi, harga sahamnya juga terus turun drastis selama beberapa minggu terakhir ini. Sejauh ini, penurunannya terhitung sudah menyentuh 50% sepanjang tahun ini.

Nilai perusahaan perbankan ini sekarang hanya berkisar di angka US$11 miliar. Baru-baru ini, banyak klien Credit Suisse menarik dana mereka sebagai akibat dari berita tentang masalah keuangan perusahaan. Parahnya lagi, kondisi itu juga sempat menyebabkan Credit Suisse melanggar regulasi likuiditas yang berlaku meskipun dalam kurun waktu yang singkat.

Sementara itu, analis di Goldman Sachs sendiri mengatakan bahwa rencana bank tersebut sebenarnya masih belum sempurna, tapi target yang “sederhana” masih memungkinkan untuk bisa terlampaui.

Sesuai dengan strategi barunya, bank Swiss akan mengurangi operasi perbankan investasinya. Sebagai gantinya, pengelolaannya akan dialihkan ke divisi terpisah yang dikenal sebagai CS First Boston, bagian dari Credit Suisse Group. Selain itu, Credit Suisse juga akan memfokuskan kembali operasi perbankan utamanya pada klien yang memiliki kekayaan lebih besar.

Di samping itu, sebagian dari kerugian Credit Suisse di kuartal ketiga yang berjumlah US$4,09 miliar kabarnya juga bersumber dari langkah restrukturisasi cabang perbankan investasinya.

Langkah-langkah baru ini diajukan oleh tim manajemen ketiga bank Swiss dalam waktu yang relatif singkat. Pihak manajemen yang baru juga sudah berusaha untuk mengubah nasib bank setelah perusahaan terlibat dalam berbagai skandal, termasuk tuntutan hukum karena tuduhan telah membantu aksi pencucian uang.

Tidak hanya itu, datang lagi berita mengejutkan lainnya, yakni ketika pimpinan perusahaan itu akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya setelah melanggar protokol COVID-19.

Tanggapan Pengguna Kripto Twitter terkait Berita Credit Suisse

Setelah meluasnya berita mengenai restrukturisasi Credit Suisse, Crypto Twitter (CT), terutama pengguna yang tergolong sebagai antisistem (anti-establishment), terlihat menunjukkan sukacita mereka.

Seorang pengguna Twitter, Lvld_Up, mengunggah cuitan kepada 1.360 pengikutnya bahwa 9.000 staf yang diberhentikan dapat membentuk decentralized autonomous organization (DAO) yang beroperasi secara paralel dengan Credit Suisse. Kemudian, dia mengajukan pertanyaan retoris tentang apakah masalah bank tersebut bisa terselesaikan dengan dukungan desentralisasi.

Sementara itu, seorang pengguna Twitter lainnya, punktaveira, yang juga merupakan investor kripto, juga menyambut hangat Credit Suisse ke sektor Web3:

Di sisi lain, tidak tanggung-tanggung, Satoshi Stacker justru melontarkan ironi pedasnya. Ia menyoroti bahwa bank Swiss akhirnya dituntut akibat kasus pencucian uang, padahal pihak perusahaannya beserta perusahaan perbankan lainnya selalu mengkoar-koarkan bahwa Bitcoin adalah alat untuk melancarkan aksi pencucian uang:

Namun, Credit Suisse bukanlah satu-satunya lembaga tradisional yang tengah menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Faktanya, banyak juga perusahaan Wall Street lainnya yang mengalami kendala ekonomi parah dalam beberapa bulan terakhir ini. Di mana kondisi itu sebagian disebabkan oleh tekanan dari kondisi makroekonomi.

Akibat hal tersebut, profit platform Meta di kuartal ketiga turun drastis hingga 14% dari proyeksi para analis. Harga sahamnya turun setelah pendapatan kuartal ketiganya menurun dibandingkan tahun lalu di tengah pasar iklan yang lesu. Alhasil, menyadari hal itu, investor akhirnya juga semakin tidak sabar dengan upaya metaverse perusahaan tersebut.

Sementara itu, perusahaan pembuat chip Intel juga bernasib serupa, dengan sahamnya yang tercatat sudah anjlok 47% tahun ini. Anjloknya harga saham perusahaan tersebut bertepatan dengan turunnya jumlah permintaan PC dan ekonomi yang melemah. Akibatnya, ekspektasi untuk kuartal kedua juga gagal terpenuhi. Sejumlah analis memperkirakan bahwa Intel akan mengumumkan pendapatan sebesar US$15,31 miliar untuk kuartal ketiga.

Bitcoin Lebih Menarik untuk Investasi Jangka Pendek

Seorang analis percaya bahwa reli bitcoin baru-baru ini yang berhasil mencetak level $20.600 adalah kabar positif bagi investor jangka pendek. Apalagi, mengingat korelasi negatif akhir-akhir ini antara harga saham teknologi dengan Bitcoin. Peningkatan tersebut terjadi berkat sejumlah trader yang melakukan strategi short-selling dan juga lonjakan pasar saham sebelum beberapa perusahaan teknologi menyelenggarakan earnings call kuartal ketiga pada 26 Oktober lalu.

Naiknya harga Bitcoin memicu para trader jangka pendek atau short-seller untuk membeli Bitcoin demi menutupi posisi mereka. Untuk sebagian besar bulan September 2022, Bitcoin tercatat bergerak relatif stabil di dalam kisaran sempit antara level US$19.000 hingga US$20.000. Banyak yang percaya bahwa kondisi ini adalah jeda singkat dari volatilitas harga Bitcoin. Berkat aksi harga yang cenderung stabil ini, beberapa analis pasar mulai melihatnya sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi.

Akan tetapi, beberapa analis memperingatkan bahwa The Fed bisa jadi akan memperlambat kenaikan suku bunga dalam jangka menengah hingga jangka panjang. Sebagai akibatnya, yield obligasi akan menurun, dan serta-merta membuat aset berisiko seperti Bitcoin menjadi kurang diminati.

Namun, jika pasar kripto dapat melanjutkan korelasinya dengan pasar saham, maka periode bull run kripto berikutnya berpotensi untuk terwujud. Tapi, sebelum itu, pasar kripto perlu mendapat dorongan tambahan dari peningkatan aktivitas ekonomi dari perusahaan tradisional dan juga penurunan suku bunga.

Bagaimana pendapat Anda tentang rencana Credit Suisse ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!