Utang Masih Jadi Risiko Besar Indonesia, Ini Penjelasannya!

cnbc-indonesia.com – World Economic Forum (WEF) melakukan survey opini eksekutif pada Mei dan September 2021. Lebih dari 12.000 pemimpin telah menjawab survey yang dilakukan yang isinya mengkhawatirkan risiko utang yang ada di Indonesia.

Melansir laman resmi World Economic Forum, dijelaskan, lebih dari 12.000 pemimpin menjawab pertanyaan ‘lima risiko apa yang akan menjadi ancaman kritis bagi negara Anda dalam dua tahun ke depan?’ dan diminta untuk memilih 35 daftar risiko tanpa urutan tertentu.

Risiko 1 menunjukkan risiko yang paling sering dipilih oleh setiap para eksekutif di dunia. WEF menjelaskan, pertanyaan yang diajukan kepada responden survey opini eksekutif tersebut sebanding dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden survey persepsi risiko global.

Hasil survey opini eksekutif yang dilakukan WEF tersebut menunjukkan, krisis utang dengan ekonomi terbesar dan kerusakan lingkungan akibat ulah manusia merupakan Risiko 1 alias risiko yang banyak dikhawatirkan oleh para eksekutif di dunia terhadap Indonesia.

Risiko selanjutnya yang dikhawatirkan para eksekutif dunia kepada ekonomi Indonesia yakni mengenai krisis pekerjaan dan mata pencaharian, sumber daya strategis geopolitisasi, dan kegagalan tindakan keamanan siber.

“Negara-negara berkembang bisa keluar dari persepsi negatif semacam ini, tapi memang situasinya demikian,” jelas Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto dalam webinar Taxation and Sustainable Finance Working Group yang diadakan oleh Civil 20, dikutip Senin (12/9/2022).

Eko menjelaskan, utang luar negeri (ULN) Indonesia sejak 2009 hingga 2022, peningkatannya cukup pesat. “ULN dalam waktu 10 tahun lebih naiknya 2,8 kali lipat dari situasi 2008. Awal-awal di mana November 2008 saya ingat G20 itu kemudian level naik ke skala pertemuannya sampai presiden,” jelas Eko.

Seperti diketahui, ULN Indonesia pada Kuartal II-2022 tercatat sebesar US$ 403 miliar atau Rp 5.919,2 triliun (kurs Rp 14.688/US$). Ada penurunan dibandingkan posisi ULN pada kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 412,6 miliar.

Secara rinci, posisi ULN pemerintah pada Kuartal II-2022 mencapai US$ 187,3 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$ 196,2 miliar.

Adapun ULN swasta pada Kuartal II-2022 tercatat sebesar US$ 207,1 miliar, turun sedikit dari US$ 207,4 miliar pada Kuartal I-2022.

“Ada kondisi utang swasta kenaikannya jauh lebih tinggi dari pemerintah. Dulu isu utang swasta sangat dibahas. Sekarang posisinya hampir sama, utang swasta lebih sedikit tinggi dari utang pemerintah, tapi dua-duanya sama-sama besar,” jelas Eko.